REDAKSIINDONESIA | Siapa sih yang tak kenal Prof Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini? Dari berbagai media, siang ini namanya masuk dalam reshuffle kabinet dan akan digantikan oleh Prof Muhajir Effendy mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. Lantas apa faktor penyebab mantan Rektor Universitas Paramadina itu menjadi salah satu menteri yang akan diganti?
Seperti kita tahu, pendidikan merupakan fondasi utama sebuah bangsa sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan sektor lain. Dalam UUD 1945 Amandemen ke 4 pasal 31 ayat 4 disebutkan bahwa alokasi anggaran pendidikan dari APBN dan APBD minimal 20 persen. Kebijakan ini berlaku sudah beberapa tahun tetapi perubahan paradigma hingga kasus-kasus di sektor pendidikan masih marak terjadi. Bahkan pada Hari Pendidikan Nasional tahun ini ada beberapa kejadian tragis menyangkut siswa hingga pendidik baik di kelompok pendidikan informal hingga pendidikan formal.
Foto ar : Saat barang barang Anies Baswedan diangkut oleh Karyawan Mendikbud |
Foto ar : Saat barang barang Anies Baswedan diangkut oleh Karyawan Mendikbud |
Prof Anies yang memprakarsai Indonesia Mengajar memang mampu membuat gerakan sosial yang massif diberbagai pelosok Indonesia. Selain itu, alokasi anggaran pendidikan terus berkembang dan tahun ini saja alokasi anggaran mencapai Rp 407 T. Terobosan lain yang juga dilakukan Anies misalnya membaca buku 15 menit pertama untuk pelajar, orang tua diminta mengantar anak di hari pertama sekolah, penghapusan kekerasan dan pemberian tugas MOS yang tidak mendidik dan lainnya. Namun rupanya beberapa kebijakan yang dilakukan tidak cukup dilihat oleh Presiden Joko Widodo sebagai kiprah untuk mewujudkan Nawa Cita.
Artinya yang dilakukan Anies Baswedan meskipun baik namun itu tidak cukup. Pendidikan Indonesia membutuhkan orang-orang yang mampu membuat terobosan yang jelas dan memiliki dampak langsung pada perubahan paradigma pendidikan. Sebut saja hingga saat ini yang namanya pungutan di sekolah masih marak terjadi.Atau misalnya pungutan untuk beli buku, beli seragam, kaos kaki hingga sumbangan pendidikan dengan mudah kita temui di sekolah anak-anak kita.
Masih jamak kita temukan sekolah memungut kepada siswa namun dalihnya sumbangan. Padahal dalam berbagai regulasi seperti PP 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan. Kemudian dalam tata kelola guru, berbagai upaya peningkatan kualitas guru tidak banyak mampu mendorong perbaikan kualitas guru.
Yang paling mendapat perhatian masyarakat yakni dihentikannya implementasi kurikulum 2013. Di sisi masyarakat mempertanyakan pergantian kurikulum yang bakal berkosekuensi tambahan pengeluaran sementara bagi guru perubahan kurikulum menjadi pekerjaan tersendiri. Apalagi berdasar hasil Ujian Kompetensi Guru (UKG) hanya 40 persen peserta yang lulus diatas angka rata-rata dan hanya ada 25 persen dengan nilai baik. Sisanya sungguh sangat memprihatinkan. Terobosan untuk peningkatan kualitas guru dalam proses pembelajaran juga belum terlihat hasilnya. Justru yang menyeruak di publik malah terkait persoalan kekerasan di sekolah.
Sementara itu penggantinya, Prof Muhajir Effendi baru saja meletakkan jabatannya di UMM. Pria ini memiliki bidang keahlian sosiologi militer. Sepertinya Presiden Joko Widodo cukup berharap pada Muhajir untuk melakukan perubahan yang cukup signifikan bagi pendidikan Indonesia. Namun dengan latar belakang Sosiologi Militer ini apa pendidikan di Indonesia berprospek baik di kedepannya, masih menanti kiprah pengganti Pak mantan Mendikbud Anies Baswedan. Kami menunggu perubahan untuk bangsa yang lebih di bidang pendidikan Pak Prof Muhajir Efendi.
0 komentar:
Posting Komentar